top of page
Logo _ A Private Collection.png

/

  • TikTok
  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
Header-Website _ FEI LUTHFY (option) (1).jpg

Setelah merilis single pertama, Time Bomb, pada April 2022 lalu, penyanyi-penulis lagu Fei Luthfy melepas single keduanya yang bertajuk IT COULD’VE BEEN BEAUTIFUL yang menjadi wadah Fei dalam mengungkapkan cara ia menghadapi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya, lagu ini terbalut dalam lantunan pop bertabur electronic dan punk rock.

 

Apabila membandingkan antara single pertama dan ke dua, langsung tersimak perbedaan yang signifikan. TIME BOMB adalah lagu yang cenderung sendu dan introspektif, sementara IT COULD’VE BEEN BEAUTIFUL memberi kejutan menyenangkan dengan menampilkan Fei yang lebih lugas dan lepas. Bagian chorus-nya megah dengan beat mengentak, Fei yang bernyanyi sambil berteriak, ditingkahi raungan gitar berdistorsi yang menyalak. Proses penulisan single kedua ini terhitung cepat. Dari nol sampai menjadi demo, menurut Fei yang menulis sendiri lagunya, hanya membutuhkan waktu sehari. “Kalau dari demo sampai jadi materi finalnya, itu bisa sampai berbulan-bulan, karena lagunya ingin dibuat agar terkesan seperti ada dua genre yang melebur,” beber perempuan yang meraih gelar sarjana dengan jurusan audio production di SAE Jakarta pada 2019. 

Dari segi lirik, Fei seakan ingin meluapkan emosinya yang bisa jadi juga sebagai bentuk upaya terapi. “Single IT COULD’VE BEEN BEAUTIFUL bercerita tentang bagaimana saya menyadari bahwa saya lack of self-control,” ungkap perempuan kelahiran 13 November ini. “Saya menyadari kalau diri saya tidak baik-baik saja ketika saya bereaksi secara tidak wajar atas hal-hal yang seharusnya bisa direspons dengan wajar.” Namun, Fei terus berupaya memperbaiki diri. “Now I am actively working my way to make myself more comfortable with making mistakes.”

 

Seperti halnya single pertama, perilisan single ke dua Fei juga diiringi dengan peluncuran music video yang menyimpan cerita menarik. “Untuk music video ini, saya dan kawan saya yang bernama Oswald saling melempar ide sampai akhirnya ide-ide tersebut tereksekusi bersama tim,” ujar Fei. “Yang paling bikin deg-degan sih waktu adegan harus digantung terbalik. Saya takut terjadi malfungsi alat atau semacamnya, tapi untungnya tidak terjadi dan semuanya baik-baik,” tambah Fei lagi. “Kalau yang paling capek adalah saat shooting adegan menyanyi bareng band dan extras.”

 

Dari kedua single yang telah diluncurkan, sepertinya Fei tidak ingin tampil hanya dalam satu karakter dalam bermusik. “Arahnya akan ke beragam karakter, tanpa bermaksud membuatnya beragam, khususnya secara genre,” ucap Fei yang juga bermain piano dan gitar, serta ingin memperdalam seni tari. “Namun, benang merah dari lagu-lagu saya ada pada cerita-ceritanya yang ditulis berdasarkan pengamatan terhadap apa yang saya lalui sehari-hari.”

 

Untuk menjadi seorang musisi yang hebat, menurut penggemar Michael Jackson dan BTS ini ada satu kekuatan yang harus dimiliki. “Kekuatan untuk berani tampil adanya. Tidak hanya yang keren-kerennya, tapi juga kekurangan dan kelemahannya.” Fei melalui karya-karyanya berupaya mengekspresikan hal tersebut.

releases

bottom of page